KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU
“Character Is How You
Treat Those Who Can Do Nothing For You”
Pembentukan
karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan. Pemerintah sangat serius
membahas hal ini. Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) pun telah dijalankan.
Program PPK memang ditujukan untuk penguatan karakter peserta didik, namun kita
tidak dapat menampikkan bahwa guru sebagai salah satu
komponen terpenting dalam dunia pendidikan juga disyaratkan untuk memiliki
karakter baik yang selanjutnya kita sebut dengan kompetensi kepribadian.
Kompetensi
ini merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki guru adalah yang sesuai
dengan nilai dan norma yang berlaku. Seperti berkepribadian dewasa, mandiri dan
bertanggung jawab terutama secara moral sehingga dapat dijadikan teladan bagi
peserta didiknya.
Kompetensi kepribadian
adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif dan berwibawa
serta menjadi teladan peserta didik (Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 pasal 10
ayat (1)). Dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan disebutkan bahwa kompetensi kepribadian guru yaitu
kemampuan kepribadian yang meliputi sikap:
1. mantap
2. stabil
3. dewasa
4. arif
dan bijaksana
5. berwibawa
6. berakhlak
mulia
7. menjadi
teladan bagi peserta didik dan masyarakat
8. mengevaluasi
kinerja sendiri
9. mengembangkan
diri secara berkelanjutan.
Permendiknas No. 16 Tahun 2007
tentang Kualifikasi dan Kompetensi Guru menjelaskan bahwa kompetensi kepribadian untuk guru
kelas dan guru mata pelajaran, pada semua jenjang pendidikan dasar dan menengah
adalah sebagai berikut:
1. Bertindak
sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia,
mencakup: (a) menghargai peserta didik tanpa membedakan keyakinan yang dianut,
suku, adat-istiadat, daerah asal, dan gender; dan (b) bersikap sesuai dengan
norma agama yang dianut, hukum dan sosial yang berlaku dalam masyarakat, dan
kebudayaan nasional Indonesia yang beragam.
2. Menampilkan
diri sebagai pribadi yang jujur,
berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat, mencakup: (a)
berperilaku jujur, tegas, dan manusiawi; (b) berperilaku yang mencerminkan
ketakwaan dan akhlak mulia; dan (c) berperilaku yang dapat diteladani oleh
peserta didik dan anggota masyarakat di sekitarnya.
3. Menampilkan
diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa,
mencakup: (a) menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap dan stabil; dan (b)
menampilkan diri sebagai pribadi yang dewasa, arif, dan berwibawa.
4. Menunjukkan
etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri, mencakup: (a)
menunjukkan etos kerja dan tanggung jawab yang tinggi; (b) bangga menjadi guru
dan percaya pada diri sendiri; dan (c) bekerja mandiri secara profesional.
5. Menjunjung
tinggi kode etik profesi guru, mencakup: (a) memahami kode etik profesi guru;
(b) menerapkan kode etik profesi guru; dan (c) berperilaku sesuai dengan kode
etik guru.
Dalam berbagai upaya dan kegiatan
pengembangan profesi guru pelatihan yang berkaitan dengan penguatan kompetensi
kepribadian masih relatif terbatas. Berbagai pelatiha bagi guru lebih mengedepankan
pengembangan kompetensi pedagogik dan akademik (profesional). Begitu juga,
kebijakan pemerintah dalam Uji Kompetensi Guru dan Penilaian Kinerja Guru,
penilaian dilakukan hanya pada dua ranah kompetasi yaitu kompetensi pedagogik
dan akademik. Sedangkan guru disyaratkan untuk memiliki empat kometensi dasar.
Saat
ini pengembangan dan penguatan kompetensi kepribadian seolah-olah dikembalikan
lagi kepada pribadi masing-masing dan menjadi urusan pribadi masing-masing.
Oleh karena itu, kesadaran pribadi guru untuk selalu melakukan introspeksi diri
dan berusaha belajar memperbaiki diri-pribadi sangatlah penting. Dalam berbagai
teori kepribadian disebutkan bahwa kepribadian orang dewasa cenderung bersifat
permanen namun, Dr. Uhar Suharsaputra, M.Pd penulis buku “Menjadi Guru Berkarakter”,
menyebutkan bahwa: “Jika yakin bisa berubah, maka
berubahlah… Jika Anda ingin menjadi guru yang baik dan lebih baik, katakanlah
terus pada diri sendiri bahwa saya adalah guru yang baik dan lebih baik, dan
bayangkan bahwa Anda adalah guru yang baik dan lebih baik dengan kepribadian
yang baik dan lebih baik.”
Berkenaan
dengan upaya peningkatan kepribadian, Essential
Life Skill memberikan tips 10 cara untuk meningkatkan kepribadian,
yang isinya dapat disarikan sebagai berikut:
1.
Jadilah
pendengar yang baik, jadikan teman bicara Anda merasa penting dan
dihargai
2.
Perbanyaklah
membaca dan perluas bidang kesukaan Anda
3.
Jadilah
ahli pembicara yang baik
4.
Milikilah
gagasan yang berbeda dan unik sehingga dapat memperluas perspektif setiap
orang tentang Anda
5.
Temui
orang-orang baru, terutama yang berbeda dengan Anda, sehingga wawasan Anda
menjadi semakin luas
6.
Jadilah
diri Anda sendiri, dengan menunjukkan keotentikan dan keunikan yang
Anda miliki
7.
Milikilah
sikap dan pandangan positif
8.
Jadilah
orang yang menyenangkan dan memiliki rasa humor
9.
Bersikap
suportif kepada orang lain yang membutuhkan Anda
10. Miliki integitas dan perlakukan setiap
orang dengan penuh hormat
Sejatinya, baik buruknya atau
berhasil tidaknya pendidikan ada di tangan guru. Oleh karena itu sosok guru
memiliki peranan yang strategis dalam mengukir peserta didik menjadi pandai,
cerdas, terampil, bermoral dan berpengetahuan luas. Guru adalah profesi
tanpa batasan waktu bekerja. Jika karyawan meninggalkan status pekerjaannya
setelah keluar kantor, maka status guru akan tetap melekat 24 jam pada diri
seorang guru. Di lingkungan masyarakat sesuai mengajar, orang tetap akan
memandang guru sebagai pribadi mulia. Di pusat perbelanjaan pada hari libur, orang
tetap akan melihat dan memberikan penilaian atas sikap seorang guru.
Dia adalah guru… Guru tidak
akan bisa melepaskan statusnya sebagai guru walau telah meninggalkan sekolah.
Sifat mulia seorang guru telah dicontohkan oleh Rasulullah saw, guru dari para
guru, seorang pendidik professional. Sebagaimana kedatangan Rasul sebagai Rahmatan-lil-alamin,
maka
kehadiran guru hendaknya juga dapat selalu memberikan kebahagian dan manfaat
bagi peserta didik dan masyarakat sekitarnya…
Sumber
bacaan:
·
Abdul Madjid Khon, Hadis Tarbawi, (Jakarta:
Kharisma Putra Utama, 2012)
· E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif & Menyenangkan (Bandung: R. Rosdakarya, 2011)
·
Najib Khalid Al-Amir,
Tarbiyah Rasulullah (Jakarta: Gema Insani, 2000)
·
Syafruddin
Nurdin, Profesi
Keguruan, (Depok: RajaGrafindo Persada, 2019)
Komentar
Posting Komentar