SETELAH PJJ
Di daerah saya informasinya PJJ sudah akan berganti, beberapa sekolah sedang menyiapkan pembelajaran tatap muka yang sesuai dengan protokol kesehatan. Sebagai pendidik dan juga orangtua, saya memperhatikan bahwa kesuksesan sebuah proses pembelajaran itu tidak hanya tergantung dari tempat belajar, tetapi bergantung dari beberapa faktor, dan faktor utamanya ada pada diri peserta didik (baca: anak). Self regulated learning atau kemauan dan kemandirian belajar yang selanjutnya populer dengan istilah merdeka belajar adalah salah satu faktor utama dari kesuksesan belajar.
Jauh sebelum pandemi ini hadir dan kegiatan belajar siswa berpindah dari sekolah ke rumah, kita mengenal beberapa tokoh yang sukses dengan belajar mandiri, seperti Thomas Edison, Shakespeare, Henry Ford, Bob Sadino, Andrie Wongso dan juga Adam Malik. Selain itu, sebelum pandemi hadir program homeschooling pun telah marak dibeberapa kota besar di Indonesia.
Jika dilihat dari definisinya, siswa atau peserta didik adalah individu yang ingin mendapatkan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, dan kepribadian yang baik untuk bekal hidupnya agar berbahagia di dunia dan akhirat dengan jalan belajar yang sungguh-sungguh. Dalam kamus bahasa Inggris siswa atau student diartikan sebagai a person who takes an interest in a particular subject (seseorang yang tertarik pada subjek tertentu). Sehingga seorang anak akan benar-benar belajar saat ia memiliki keinginan dan ketertarikan untuk mendapatkan ilmu.
Dalam proses pembelajaran, baik yang dilaksanakan di sekolah ataupun dari rumah menunjukan bahwa anak yang sukses dan mendapat hasil belajar yang baik adalah anak-anak yang memang senang belajar. Mereka adalah anak-anak dengan rasa ingin tahu yang besar, memiliki target (cita-cita) yang ingin diraihnya di masa depan, dan mendapat dukungan serta bimbingan dari orangtua.
Melihat pendekatan pembelajaran yang saat ini banyak digunakan oleh guru-guru, yaitu pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered approach) yang mana pada pendekatan jenis ini guru melakukan pendekatan dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran, maka kesuksesan pembelajaran tidak lagi mutlak tergantung dari seorang guru.
Cara belajar anak yang dilihat oleh orangtua di rumah selama PJJ adalah gambaran cara belajar yang mereka dilakukan di sekolah. Orangtua mungkin bisa bangga dengan laporan hasil belajar anak yang diperoleh setiap semester, tapi hasil belajar sesungguhnya tidaklah ada pada selembar kertas.
Hasil belajar anak dapat kita lihat melalui beberapa indikator. Pertama pada aspek kognitif anak, ini dapat dilihat pada kedalaman pengetahuan dan wawasannya. Kognitif yang berasal dari bahasa latin cognitio memiliki arti pengenalan, yang mengacu kepada proses mengetahui kepada pengetahuan itu sendiri. Sesekali ajaklah anak untuk berdiskusi atau membahas suatu topik, agar orang tua dapat mengukur hasil belajar anak pada aspek kognitif. Bahkan mengacu pada taksonomi bloom yang kemudian direvisi oleh Anderson, pencapaian tertinggi pada ranah kognitif adalah "create" atau mencipta. Saat anak mempelajari materi sajak pada pelajaran bahasa misalnya, maka kesuksesan belajarnya bukan hanya saat anak dapat menyebutkan pengertian sajak, ciri2, sifat dan jenis sajak, tapi pencapaian tertinggi dari proses belajarnya adalah saat anak dapat menciptakan (membuat) sebuah sajak.
Selanjutnya aspek afektif. Ranah afeksi adalah materi yang berdasarkan segala sesuatu yang berkaitan dengan emosi seperti penghargaan, nilai, perasaan, semangat, minat, dan sikap terhadap sesuatu hal. Kesuksesan belajar anak pada aspek ini dapat dilihat dari tingkah laku anak, karakter, dan adabnya. Sehingga anak yang sukses dalam belajar sejatinya harus memiliki adab yang baik.
Terakhir adalah aspek psikomotorik, merupakan domain yang meliputi perilaku gerakan dan koordinasi jasmani, keterampilan motorik dan kemampuan fisik seseorang. Aspek ini berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah anak melaksanakan proses pembelajaran. Orangtua dapat meminta anak untuk membuat sebuah lukisan, kerajinan dan lainnya, karena menurut bloom aspek ini menyangkut kemampuan imitation (imitasi), manipulation (manipulasi), precision (presisi), articulation (artikulasi) dan naturalization (naturalisasi).
PJJ mestinya bukan sebuah kendala dalam sebuah proses belajar jika saja anak-anak memiliki kemauan belajar yang kuat. Belajar dapat dilakukan di mana saja, kapan saja, dan dengan siapa saja. Kemajuan teknologi pun sangat membantu proses belajar. Namun, ilmu bukan sesuatu yang turun dari dari langit.
العلم يؤتى و لا يأتي
“Ilmu itu didatangi bukan ilmu yang mendatangi”
Ilmu harus dicari. Guru dan orangtua memiliki peran penting untuk memotivasi dan mengarahkan anak dalam proses mencari ilmu (baca: belajar). Anak yang memiliki kemauan belajar, guru yang kompeten dan orangtua yang memberikan dukungan adalah faktor yang dapat mensukseskan proses belajar, baik itu belajar dari rumah maupun belajar di sekolah.
Komentar
Posting Komentar