NGABUBURIT
Semua
pasti setuju kalau puasa tahun ini adalah puasa yang tidak biasa. Pandemi
Corona yang mewabah di seluruh dunia menyebabkan seluruh keluarga terkurung di
rumah. Begitu pula kegiatan-kegiatan bulan Ramadhan yang biasa dilakukan di
Masjid, tahun ini berpindah ke rumah.
Ngabuburit,
kata yang berasal dari bahasa Sunda “Burit” atau waktu sore ini merupakan salah
satu tradisi menunggu adzan Maghrib di Indonesia. Kegiatan ini biasa diisi
dengan mencari takjil, berbelanja ke pasar kuliner, mengaji atau mendengarkan
ceramah. Kini ngabuburit pun terpaksa dialihkan ke rumah.
“Kapan
ada waktu untuk jadi narasumber?”
Ini
pertanyaan dari teman saya, Ustad Yanuardi
Syukur salah satu penggagas kegiatan Ngabuburit Bareng
Angkatan (NBA) 22. Yap,
salah satu
hikmah dari Covid, teman-teman satu angkatan di Pondok dulu menggagas kegiatan ngabuburit online, mengisi waktu menjelang berbuka
dengan ceramah dan kajian Islam.
“Saya
jadi narasumber?”
Kok
belom apa-apa langsung grogi… Insyaa Allah klo sharing dimana saja saya siap, tapi di depan Ustad dan Ustazah yang rata-rata enam
tahun mondok,
rasanya bagaimana
ya, sulit diungkapkan. Saya awalnya menolak, sampai turun surat tugas dari ketua angkatan, menolak pun tak mungkin lagi. Tidak
seperti kegiatan-kegiatan lain, untuk kegiatan ini saya menghabiskan waktu hampir satu minggu untuk persiapan, mulai
dari memikirkan tema, sampai persiapan lainnya.
Peran
Orang Tua Dalam Pendidikan. Itu judul yang saya bawakan dalam kegiatan NBA 22. Pada dasarnya orang tua adalah
guru pertama dan utama bagi anak-anaknya, terlebih di masa pandemi seperti ini
dimana pembelajaran dialihkan ke rumah. Peran orang tua sangat dibutuhkan untuk
membantu kesuksesan anak dalam belajar. Maka dari itu orang tua perlu memahami
ilmu dasar kependidikan. Selain itu diperlukan role model bagi orang tua dan juga guru dalam menjalankan perannya
sebagai pendidik.
Pendidik secara umum merupakan orang yang
memiliki tanggung jawab untuk mendidik. Sedangkan secara khusus,
pendidik dalam dalam perspektif pendidikan Islam adalah orang yang bertanggung
jawab terhadap perkembangan peserta didik dengan mengupayakan perkembangan
seluruh potensinya, baik potensi afektif, kognitif maupun psikomotorik sesuai
dengan nilai-nilai ajaran agama Islam. Dalam konteks pendidikan, seorang pendidik tentu tidak bisa
melepaskan diri atau memalingkan diri dari bagaimana sebetulnya Rasulullah SAW memberikan
sebuah inspirasi untuk menjadi seorang pendidik.
Pada diri Rasulullah terdapat contoh sebagai pendidik yang baik. Muhammad SAW adalah seorang pendidik yang professional, yaitu
seorang pendidik yang menguasai materi pengajaran, juga menguasai teknik
mengajar yang efisien dan efektif serta berakhlak mulia. Profesionalisme pendidik harus menjadi pusat perhatian
karena seorang pendidik bukan hanya bertugas memberikan informasi tentang ilmu
pengetahuan dan teknologi semata, tetapi juga membentuk sikap
dan jiwa yang berkarakter
Sebagai pendidik Rasulullah mengajarkan banyak hal kepada
umatnya. Sejatinya, orang tua dan guru sebagai pendidik memiliki
sifat-sifat tertentu sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah SAW. Beliau memilki sifat-sifat pendidik yang baik sehingga apa yang
diajarkannya dapat dipahami dan diamalkan oleh murid-muridnya. Berikut sifat-sifat pendidik yang ada pada diri
Rasulullah SAW:
1. Sifat Lemah Lembut dan Kasih Sayang
عَنْ
أَبِيْ سُلَيْمَانْ مَالِكِ بْنِ الْحُوَيْرِثِ قَالَ أَتَيْنَا النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَحْنُ شَبَبَتٌ مُتَقَارِبُوْنَ فَأَقَمْنَا عِنْدَهُ عِشْرِيْنَ لَيْلَةَ فَظَنَّ أَنَّا اشْقْنَا أَهْلَنَا وَسَأَلَنَا عَمَّنْ تَرَكْنَا فِيْ أَهْلِنَا فَأَخْبَرْنَاهُ وَكَانَ رَقِيْقًا رَحِيْمًا فَقَالَ ارْجِعُوْا إِلَى أَهْلِيْكُمْ فَعَلِّمُ هُمْ وَمُرُوْهُمْ وَصًلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُوْنِيْ أُصَلِّيْ وَأِذَا حَضَرَتِ الصَّلَاةُ فَلْيُؤَذِّنْ لَكُمْ أَحَدُكُمْ ثُمَّ لِيَؤُمَّكُمْ أَكْبَرُكُمْ
Artinya: Abu
Sulaiman Malik
bin Al-Huwairits abi berkata, "Kami, beberapa pemuda sebaya mengunjungi Nabi, lalu kami menginap bersama beliau selama 20 malam. Beliau menduga bahwa kami telah merindukan keluarga dan menanyakan apa yang kami tinggalkan pada
keluarga. Lalu kami memberitahukannya kepada Nabi. Beliau adalah seseorang yang
halus perasaannya dan penyayang. Nabi bersabda: ‘Kembalilah kepada keluarga kalian. Aiarilah mereka, suruhlah mereka,
dan shalatlah kalian sebagaimana aku kalian melihatku shalat.Apabila waktu
shalat telah masuk,hendaklah salah satu diantara kalian mengumandangkan adzan
dan yang lebih tua hendaklah menjadi imam." (HR.
Al-Bukhari)
2.
Mengembalikan Ilmu kepada Allah
Seorang
pendidik harus memiliki sifat tawadhu, tidak merasa paling tahu atau serba
tahu. Apabila ada hal-hal yang tidak diketahui dengan jelas, ia sebaiknya
mengembalikan persoalan itu kepada Allah. Sehubungan dengan hal ini terdapat hadis berikut yang artinya: “Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa Rasulullah ditanya tentang anak-anak
musyrik. Lalu
beliau menjawab,. "Allah Maha Mengetahui apa yang akan mereka kerjakan pada
saat mereka diciptkan." (HR Al-Bukhari dan Muslim).”
Dalam hadis ini dinyatakan bahwa Rasulullah
ditanya oleh sahabat tentang
nasib anak-anak orang musyrik pada hari kiamat nanti. Beliau menjawab: “Allah
lebih mengetahui," atau “Allah
mengetahui apa yang mereka lakukan” Di sini terlihat
bahwa beliau tidak selalu
menjawab pertanyaan yang diajukan kepadanya, kendati beliau adalah Rasulullah. Beliau tidak merasa risih dengan sikap yang tidak memberikan jawaban yang pasti. Itulah sesungguhnya sikap yang harus dimiliki oleh setiap pendidik. Apabila ternyata
ada hal yang diragkan atau
belum diketahui sama sekali, janganlah segan mengatakan “Allah Yang Maha Tahu.” Itu adalah salah
satu bentuk sikap tawadhu seorang hamba.
3.
Memperhatikan
Keadaan Peserta Didik
Agar
pendidikan dan pembelajaran dapat terlaksana dengan efektiíf, pendidik perlu
memperhatikan keadaan peserta didiknya. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah
minat, perhatian, kemampuan, dan kondisi jasmani peserta didik. Pendidik jangan
sampai memberikan beban pelajaran yang melebihi batas kemampuan peserta didik.
Sehubungan dengan ini terdapat hadis:
عَنْ ابْنِ مَسْعُوْدٍ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَخَوَّلُنَا بِالْمَوْعِظَةِ فِي الْأَيَّا مِ كَرَاهَةَ السَّاَمَةِ عَلَيْنَا
Artinya: Dari
Ibnu Mas'ud, ia menceritakan, Nabi selalu menyelingi hari-hari belajar untuk kami untuk menghindari kebosanan kami. (HR. Al-Bukhari)
4.
Berlaku dan
Berkata Jujur
Seorang pendidik harus bersifat jujur
kepada peserta didiknya sebagaimana
yang ditunjukan oleh Nabi dalam hadis berikut.
عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّا بِ ... قَالَ فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ السَّاعَةِ قَالَ مَا الْمُسَؤُوْلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ
Artinya: Umar bin Al-Khaththab meriwayatkan, "... Jibril berkata lagi,
Beritahukan kepadaku tentang hari kiamat.' Rasulullah menjawab, Tentang masalah
ini, saya tidak lebih tahu dari engkau."
(HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Dalam hadis di atas dikatakan bahwa
ketika Nabi ditanya oleh Malaikat Jibril tentang hari kiamat, beliau menjavab,
"Saya tidak lebih tahu daripada engkau." Beliau tidak mentang-mentang
sebagai Rasulullah lalu menjawab semua yang ditanyakan kepadanya. Beliau tidak
segan-segan mengatakan tidak tahu, apabila yang ditanyakan seseorang memang
tidak diketahui jawabannya. Inilah sifat yang harus dimiliki oleh setiap
pendidik.
Untuk bisa menjadi guru itu
ada ilmu yang harus dipelajari, selain belajar teori mesti praktek terlebih dahulu
sebelum dapat lisensi mengajar. Setelah mengajar pun harus terus update ilmu, ikut pelatihan, seminar,
diklat. Sudah kuliah S1, kuliah lagi S2, S3. Orang tua bukanlah guru dalam proses belajar
mengajar formal. Orang tua saat ini diminta kerja samanya untuk memantau dan
membantu proses belajar anak di rumah. Membantu menghubungkan anak dengan
gurunya juga memantau anak-anak saat belajar.
Jangan menuntut anak harus
bisa benar menjawab soal yang diberikan guru, jangan marah jika anak hanya bisa
konsen belajar sebentar. Belajar di rumah itu mungkin tidak akan persis sama
dengan di sekolah. Orang tua khusunya Ibu sebagai guru pertama dan utama bagi
anaknya bisa mengajarkan apa-apa yang tidak diajarkan Bapak Ibu guru di
sekolah. Orang tua juga bisa menguatkan penanaman karakter anak dengan
melakukan berbagai kegiatan positif.
Setelah lebih satu jam
akhirnya selesailah kegiatan Ngabuburit Bareng Angkatan (NBA) 22 and this is a very impressive Ngabuburit
experience ...
“Pembelajaran
bisa dilakukan di mana pun.
Pendidikan bukan sesuatu yang
hanya bisa dilakukan dari sekolah.”
Komentar
Posting Komentar