KISAH MENARIK DARI BANDUNG


Para orang tua dan guru yang berbahagia, suatu hari saat saya pergi ke Bandung untuk melakukan talkshow dan tanpa sengaja saya bertemu dengan seorang teman lama. Teman lama saya ini sangat saya sukai karena tidak saja orangnya ramah dan antusias, tapi dia juga banyak memiliki pemikiran yang brilian, yang sering kali besebrangan dengan pemikiran masyarakat pada umumnya.

Dulu dia adalah mahasiswa dan lulusan dari salah satu perguruan tinggi teknik, paling terkemuka di Bandung, jurusan teknik informatika. Setelah lama kami berbincang bincang kesana kemari maka sampailah kami pada pembicaraan mengenai pendidikan di negeri ini.

Dia bilang begini, “Sepertinya ada yang terbalik dech, dalam cara pandang calon mahasiswa dan mayarakat dalam menilai dan memilih jurusan setelah tamat SMA. Coba deh sama-sama kita identifikasi,  rata-rata siswa yang merasa memiliki kemampuan akademik sangat unggul, atau paling cerdas biasanya akan memilih jurusan atau bidang teknik. Kemudian siswa yang merasa kepandaiannya tidak terlalu unggul atau berada dibawahnya biasanya akan memilih jurusan atau bidang ekonomi atau keuangan. Selanjutnya siswa yang merasa kepandaiannya dianggap rata-rata saja umumnya mengambil bidang-bidang sosial. Dan terakhir siswa yang merasa kemampuan akademiknya pas-pasan, kebanyakan justru mengambil jurusan pendidikan atau agama.

Ini sudah gila, padahal kalau kita kaji lebih dalam, realita kehidupan malah menunjukan fenomena sebaliknya. Ini saya alami sendiri, setelah saya menyelesaikan sekolah teknik dan terjun langsung di masyarakat.” Katanya dengan nada serius.

Para orang tua dan guru yang berbahagia, selanjutnya dia bilang begini.

“Ilmu teknik itu sesungguhnya adalah ilmu yang berhubungan dengan parameter-parameter yang eksak atau sudah pasti. Hukumnya sederhana saja, jika peristiwanya A, kondisinya B,maka efeknya adalah C. Hukum teknik ini berlaku sama sepanjang zaman dan dinegara manapun, dan logikanya sangat sederhana, segalanya hampir bisa dipastikan prosesnya seperti itu. Jadi tingkat kesulitan penafsiran dan pemikirannya tidaklah terlalu rumit, sehingga sebenarnya ilmu teknik tidaklah membutuhkan orang-orang dengan kemampuan berfikir yang sangat unggul seperti fenomena yang terjadi saat ini.

Dibandingkan ilmu teknik, ilmu ekonomi jauh lebih sulit, karena harus berhadapan dengan parameter yang jauh lebih beragam dan juga tidak pasti, kondisi dalam ilmu ekonomi hanyalah bersifat asumsi yang tidak pasti, oleh karenanya ini jelas lebih sulit dan perlu pemikiran yang lebih kompleks.

Ilmu sosial seperti ilmu hukum, kemasyarakatan dan sejenisnya jauh lebih rumit lagi dari pada ilmu ekonomi, karena harus berhadapan dengan manusia, kasus dan segala parameter yang jauh lebih tidak pasti.

Bayangkan, dalam satu kasus yang sama/hampir sama, bisa muncul alasan/sebab yang berbeda-beda, kemudian dari kasus yang serupa tadi, juga akan muncul ratusan bahkan ribuan penafsiran yang berbeda pula, di negara yang berbeda maka akan berbeda pula penafsiran atau keputusan yang dihasilkannya.

Tentu saja ini sangat rumit dan kompleks, ilmu ini sangat  membutuhkan, tidak hanya tingkat logika yang tinggi tapi juga membutuhkan orang-orang yang cerdas katanya.

Dan terakhir ilmu-ilmu pendidikan dan agama. Kedua ilmu ini adalah ilmu yang nantinya akan menjadi anutan masyarakat dan orang banyak. Ilmu ini sebenarnya membutuhkan pemikiran yang jauh lebih sulit dan kompleks dari semuanya, ditambah analisis yang juga sangat rumit, karena orang-orang ini nantinya harus berhadapan dengan ratusan bahkan ribuan umat yang punya konflik berbeda dengan latar belakang berbeda , budaya berbeda, pemikiran berbeda dan lain sebagainya.

Sesungguhnya ilmu pendidikan dan agamalah yang paling sulit yang harus dipelajari. Jadi harusnya orang-orang dengan kualitas terbaiklah yang ada disini. Tapi anehnya, justru orang-orang yang memilih jurusan ini adalah orang-orang dengan kualitas akaademik terendah. Orang-orang yang merasa memiliki kualitas akademik tertinggi atau orang-orang paling cerdas malah merasa terhina atau menjadi rendah apabila memilih jurusan pendidikan atau agama. “

Begitulah kata rekan saya. Jadi bisa kita bayangkan betapa porak-porandanya aspek-aspek kehidupan di negeri ini, karena aspek yang paling sederhana justru ditangani oleh orang-orang terbaik, sementara aspek-aspek dengan tingkat yang jauh lebh rumit, ditangani oleh orang yang kualitasnya makin rendah dann paling rendah.

Para orang tua dan guru yang berbahagia, mari kita renungkan bersama cerita dari rekan saya ini, yang katanya telah menyadari kekeliruannya selama ini.

Dari buku : I Love u Ayah Bunda
Karya : Ayah Edy

Komentar

  1. Setuju. Output yg baik di pengaruhi oleh input yg baik pula. Bagaimana kita bisa berharap hasil yg berkualitas dari praktisi pendidikan yg seperti itu .

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pemberi Inspirasi (Resensi Buku "Gurunya Manusia")

SCIENCE CLUB EKONOMI MAN 1 PEKANBARU : Belajar bersama, berprestasi, dan bahagia !!!

KARIER PROTEAN GURU